SEMARANG, beritajateng.tv – Upaya mendorong industri di Jawa Tengah menuju operasional rendah karbon terus mendapat dukungan berbagai pihak.
Salah satunya datang dari SUN Energy yang kini memperluas perannya sebagai penyedia layanan sustainability-as-a-service bagi sektor industri.
Melalui pendekatan terintegrasi, perusahaan ini ingin membantu pelaku industri memenuhi Standar Industri Hijau (SIH). Sekaligus meningkatkan efisiensi di tengah tuntutan global akan praktik bisnis berkelanjutan.
BACA JUGA: Pemkot Semarang Fokuskan Rp700 Miliar di APBD 2026 untuk Ketahanan Pangan dan Lingkungan
Komitmen itu berjalan seiring target Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang menetapkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 21,32 persen pada 2025.
Dorongan menuju energi bersih tidak lagi sekadar pilihan, tetapi telah menjadi keharusan bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif.
Arah Baru Penerapan Industri Hijau
Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah memperkuat regulasi terkait SIH sebagai panduan operasional bagi industri nasional.
Standar ini memastikan perusahaan mampu menekan konsumsi energi, mengurangi limbah, serta menjalankan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.
Penerapan SIH yang semakin meluas terlihat dari meningkatnya adopsi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Jawa Tengah.
SUN Energy saat ini telah bermitra dengan lebih dari 30 perusahaan di provinsi tersebut dengan total kapasitas terpasang 22 MW.
Hasilnya, lebih dari 26 juta kWh energi bersih berhasil dihasilkan dan penggunaan PLTS itu mampu menekan 20 juta kilogram emisi karbon – setara dengan penanaman sekitar 330 ribu pohon.
Ketua Pokja Pengawasan dan Pengendalian Industri Non Agro Disperindag Jawa Tengah, Iwan Indrawan, menilai tren tersebut sebagai sinyal positif.
Ia menegaskan bahwa konsep industri hijau memberikan arah yang jelas bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi sekaligus memperkuat daya saing.
“Kami terus mendorong percepatan implementasi industri hijau sebagai fondasi transformasi industri di Jawa Tengah. Adopsi energi bersih menjadi langkah penting agar industri tetap kompetitif,” ujarnya.
Kesiapan industri menuju dekarbonisasi juga mendapat sorotan Institute Essential Social Reform (IESR). Menurut lembaga itu, percepatan transformasi energi hanya dapat tercapai jika ada kerja sama yang kuat antara pemerintah, swasta, lembaga keuangan, dan para pemangku kepentingan lainnya.








