Ekbis

Pedagang Thrift Semarang Ungkap Tantangan Bikin Brand Lokal Sendiri, Dari Modal Besar-Vendor Nakal

×

Pedagang Thrift Semarang Ungkap Tantangan Bikin Brand Lokal Sendiri, Dari Modal Besar-Vendor Nakal

Sebarkan artikel ini
Brand Lokal
Antuasisme pengunjung saat berburu produk thrifting di Semarang Thrift Day Sentraland Mall. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kebijakan pembatasan thrifting disampaikan pemerintah melalui Kementerian UMKM yang menyebutkan solusi berupa pengalihan pelaku usaha ke produk lokal.

Sebelumnya, Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, mengatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan sekitar 1.300 brand lokal untuk menggantikan barang impor bekas.

Tak hanya soal beralih ke produk lokal, pemerintah juga menyarankan agar pelaku usaha thrift mengembangkan brand pakaian lokal sendiri.

Menanggapi hal tersebut, salah satu anggota Komunitas Semarang Thrifting, Celvin Sukma, menilai bahwa membangun brand bukan sekadar memproduksi barang. Namun, membutuhkan modal besar, konsistensi, serta personal branding yang kuat.

BACA JUGA: Soal Saran Beralih Jual Produk Lokal, Pedagang Thrift Semarang: Kualitas Barang Impor Lebih Bagus

Celvin menjelaskan bahwa menciptakan brand sendiri bukan proses instan. Di samping itu, pasar konsumen antara thrift dan brand baru juga berbeda.

“Kalau bikin brand itu enggak segampang orang pikirin,” ujarnya saat beritajateng.tv konfirmasi, Senin, 8 Desember 2025.

Ia bahkan pernah mencoba membangun brand sendiri, namun kesulitan muncul sejak tahap awal. Selain personal branding dan pengembangan pasar, tantangan juga hadir dari sisi produksi karena banyaknya vendor yang tidak profesional.

Tantangan kembangkan brand lokal: Vendor nakal hingga modal yang besar

Celvin mengungkapkan adanya praktik “vendor nakal” yang menjadi salah satu batu sandungan. “Kadang dari segi vendor itu dia ngeyain semua request-an kita. Tetapi waktu udah jadi dan sudah payment, hasilnya enggak sesuai dari request awal,” paparnya.

Menurutnya, kualitas bahan sering kali tidak sesuai pesanan, bahkan ada vendor yang memilih material lebih murah untuk menekan biaya produksi tanpa sepengetahuan pemesan.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan