“Kemarin waktu Pemilu, kami mengatakan pakai catenaccio. Kami begini, kami begitu, kami gunakan gorong-gorong. Ada keyakinan di kami bahwa apa yang kami lakukan masih bisa unggul ketimbang yang lain,” ucapnya.
Namun, yang ia dapatkan justru berkebalikan dari apa yang ia pikirkan.
“Faktanya kalah, Pak Pacul, suaranya turun. Bagi pertempuran itu kalah. Pak Ganjar juga kalah, hanya dia dua kabupaten kita menang,” akunya.
BACA JUGA: Garis Besar Timses Sudah Terbentuk, Hendi Ingin Bambang Pacul jadi Ketua Tim Pemenangan
Kekalahan PDIP di kandang sendiri
Kekalahan telaknya di kandang sendiri, Bambang Pacul akui sebagai perenungan panjang. Utamanya dalam mempertanyakan mengapa lawan elektoralnya bisa bermain begitu rapi.
“Kok bisa serapi ini lawan, pakai ilmu apa? Ini kan pertanyaan yang mesti kita jawab sebelum kita terapkan strategi atau teori baru. Kalau kau gak bisa ungguli rencana lawanmu, maka patahkan. Kalau gak bisa patahkan ya ungguli, itu saja,” terang Bambang Pacul.
Menurutnya, kekalahan Pilpres 2024 lalu bukan karena strateginya yang diungguli. Melainkan PDIP dipatahkan oleh lawan mainnya.
“Kalau kemarin kita kalah, apakah karena diungguli? Kita dipatahkan kemarin, kalau bahasa yang lunak itu ditumpulkan ujung tombak kami di 14 Februari itu,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi