“Memang luring ini lebih efektif, tapi harus melihat kondisi sekolah. Misal aksesnya, kondisi sekolahnya rawan banjir atau tidak, jadi tidak boleh mereka paksakan,” ujarnya.
Situasi cuaca, kata dia, harus pihak sekolah perhatikan, agar anak-anak tidak menjadi korban. Selain itu pihak sekolah juga wajib memberikan informasi secara berkala kepada orang tua siswa.
“Misal mau daring atau luring, harus ada komunikasi juga ke orang tua,” pungkasnya.
Sebelumnya, ada 28 sekolah tingkat SD dan SMP di Semarang terdampak banjir. Jumlah tersebut belum termasuk 42 TK dan Pos Paud yang ada di Kota Lunpia.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Semarang, Ali Sofyan menjelaskan pihaknya telah melakukan pendataan terkait sekolah yang terimbas banjir.
Ada 28 sekolah tingkat SD dan SMP yang terdampak. Rinciannya 21 sekolah SD dan 7 SMP.
“Kemarin ada 28 sekolah untuk tingkat SD dan SMP. Lalu ada 42 Pos Paud dan TK yang juga terdampak,” katanya. (*)
Editor: Elly Amaliyah













