Ia berharap kegiatan ini tidak berhenti pada satu kali intervensi, tetapi bisa dilakukan berkala sepanjang tahun agar proses pendampingan dan pengukuran kesehatan mental bisa berkesinambungan.
“Melalui permainan dan asesmen ringan, kita bisa tahu apakah seorang anak butuh dukungan kecil, dukungan besar, atau intervensi lebih lanjut,” ujarnya.
700 Siswa Butuh Pendampingan Psikologis
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bambang Pramusinto menegaskan pentingnya PIJAR sebagai bentuk tanggap darurat terhadap kesehatan mental pelajar.
Ia membeberkan, berdasarkan hasil survei awal terhadap 6.000 siswa SMP kelas VIII, ditemukan sekitar 700 siswa yang memerlukan pendampingan psikologis lebih lanjut.
“Artinya, ada sekitar 12 persen pelajar yang perlu perhatian khusus. Ini angka yang cukup signifikan,” ujar Bambang.
BACA JUGA: Bank Jateng Beri Bantuan Mobil Operasional untuk Mendukung Kegiatan Undip
Ia menjelaskan, sebagian besar masalah kesehatan mental remaja di Semarang bersumber dari penggunaan media sosial dan perundungan digital.
“Anak-anak masih dalam tahap belajar menggunakan gadget. Banyak yang tertekan karena interaksi di grup atau media sosial. Ini yang ingin kami tangani melalui terapi dan pendampingan,” jelasnya. (*)
Editor: Farah Nazila