SEMARANG, beritajateng.tv – Pameran kartun bertajuk “Merdeka atau Mati Kutu” yang digelar oleh Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) menampilkan 23 karya dari 17 kartunis lintas daerah. Salah satu sosok penting di balik pameran ini adalah Koesnan Hoesi, kartunis senior yang juga bertindak sebagai pengarah pameran.
Menurut Hoesi, kartun dalam pameran ini bukan sekadar hiburan, melainkan peringatan dini (warning) bagi masyarakat maupun pemerintah. Melalui simbol-simbol visual, para kartunis ingin menyampaikan keresahan publik terhadap janji-janji yang belum terbukti, serta situasi sosial yang kerap menekan rakyat kecil.
Karya Muthub-muthub dan Mulut yang Berkebang
Dalam pameran tersebut, terdapat dua karya miliknya yakni, “Muthub-muthub” dan “Mulut yang Berkebang”. Hoesi menjelaskan, gambar “Muthub-muthub” yang terlihat seperti gunung berapi hendak meletus itu merepresentasikan kondisi masyarakat yang terus menahan diri terhadap berbagai persoalan bangsa.
“Apa yang dinyatakan pejabat sering tidak terbukti. Rakyat hanya menerima saja. Situasi ini seperti gunung yang menahan letusan. Entah kapan bisa meledak,” ujarnya saat pembukaan pameran pada Minggu, 17 Agustus 2025.
BACA JUGA: Pakarti Gelar Pameran “Merdeka atau Mati Kutu” di Semarang, Pajang 23 Karya dari 17 Kartunis Indonesia
Sementara itu, karya dengan nama “Mulut yang Berkebang” menggambarkan janji kosong dan pernyataan publik yang tidak jelas arah maupun dampaknya.
“Bukan hoaks, tapi janji-janji yang tidak pernah berpihak nyata pada rakyat. Misalnya janji memberantas korupsi, tapi mana buktinya? Itu yang kami sampaikan lewat simbol visual,” jelasnya.
Kartun sebagai peringatan, bukan serangan
Meski sarat kritik, Hoesi menegaskan bahwa kartun bukanlah serangan langsung kepada pemerintah atau pihak tertentu. Ia menekankan bahwa karya yang ditampilkan lebih sebagai peringatan moral dan refleksi sosial.
“Kartun politik itu hanya warning. Kalau ada yang mau membaca dan berubah, alhamdulillah. Tapi kami tidak berpikir sejauh itu. Kartun hadir sebagai pengingat agar masalah tidak semakin membesar,” katanya.
Dalam pameran ini, sebanyak 17 kartunis berpartisipasi dengan total 23 karya. Menurut Hoesi, jumlah itu dibatasi agar setiap kartunis bisa menampilkan karya terbaiknya, tanpa kehilangan kekuatan pesan.