SEMARANG, beritajateng.tv – Open Theatre Oudetrap Kota Lama kembali semarak dengan pertunjukan Wayang on the Street pada Jumat, 22 Agustus 2025 malam.
Agenda budaya yang digelar sejak 2021 ini tidak hanya menjadi hiburan wisatawan, tetapi juga wadah bagi generasi muda untuk menjaga dan menghidupkan warisan budaya wayang orang.
Budi Lee, Ketua Bidang Pentas Paguyuban Ngesti Pandowo sekaligus Ketua Kirang Community, mengungkapkan bahwa pertunjukan kali ini mengangkat kisah Raden Gatotkaca yang mendapatkan ilmu Aji Narantaka. Cerita tersebut sarat pesan moral tentang bahaya kesombongan ketika seseorang memiliki kelebihan.
“Ketika seseorang sudah mendapat ilmu atau kelebihan, jangan sampai menjadi sombong. Seperti Gatotkaca yang lupa diri setelah memperoleh Aji Narantaka. Nilai yang ingin kami sampaikan adalah semakin tinggi ilmu, harus semakin rendah hati, seperti padi,” jelas Budi Lee sang sutradara.
BACA JUGA: Banyak Petuah dalam Cerita Wayang Kulit, Sumanto Ingin Pentaskan Lakon Berurutan
Selain pesan moral, pertunjukan ini juga menyinggung isu relevan yakni, penolakan terhadap segala bentuk kekerasan pada perempuan. Menurut Budi, lakon tersebut memberi pembelajaran bahwa lelaki maupun perempuan harus saling menghormati.
Seni tradisi yang terus berkembang
Pertunjukan Wayang on the Street kali ini melibatkan sekitar 80 orang seniman, sebagian besar anak muda berusia 18-30 tahun.
Meski menghadapi kendala jadwal latihan karena aktivitas para anggota, semangat mereka tidak surut. Menurutnya, keterlibatan anak muda dalam Wayang on the Street membuktikan bahwa regenerasi seniman tradisi di Semarang terus berjalan.
“Kendala pasti ada, apalagi anak-anak muda banyak kesibukan. Tapi dengan strategi dan kebersamaan, latihan tetap berjalan. Ini bukti bahwa seni tradisi tidak akan pernah mati, justru bisa berkembang sesuai zaman,” ungkapnya.