Jateng

Gelar Wayang Lakon Sang Kumbokarno, Fraksi PDIP Jateng Kenang 100 Tahun Ki Narto Sabdo

×

Gelar Wayang Lakon Sang Kumbokarno, Fraksi PDIP Jateng Kenang 100 Tahun Ki Narto Sabdo

Sebarkan artikel ini
pdip jateng
Penyerahan lakon wayang oleh Fraksi PDIP Jawa Tengah ke dalang Ko Sindhunata Gesit Widiarto di Pendopo Museum Ronggowarsito, Kota Semarang, Rabu, 27 Agustus 2025 malam. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Memperingati 100 tahun lahirnya dalang kondang asal Semarang Ki Narto Sabdo, Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Jawa Tengah menggelar pagelaran wayang dengan lakon Sang Kumbokarno di Pendopo Museum Ronggowarsito, Kota Semarang, Rabu, 27 Agustus 2025 malam.

Dalam sambutannya, Ketua DPRD Jawa Tengah sekaligus Sekretaris DPD PDIP Jawa Tengah, Sumanto, mengungkap, tak ada yang bisa menggantikan sosok Ki Narto Sabdo hingga kini. Istimewanya, tutur Sumanto, Ki Narto Sabdo pernah memainkan wayang di hadapan Presiden RI ke-1 Soekarno.

“Ini penghargaan yang besar bagi pemerhati budaya, khususnya para dalang, karena beliau adalah dalang yang sampai sekarang belum ada penggantinya dan tidak ada yang mengganti. Karena keistimewaannya, Ki Narto Sabdo pernah dalang di hadapan Bung Karno di Istana Negara dan juga karyanya sampai sekarang tidak akan terhapus oleh zaman,” ucap Sumanto.

BACA JUGA: HUT ke 80 Provinsi Jateng, Sumanto Apresiasi Program Unggulan dan Dorong Pengentasan Kemiskinan

Sumanto menyayangkan minat menonton pagelaran wayang saat ini kian meredup. Padahal, menurutnya, hilangnya tradisi budaya bisa membuat identitas bangsa ikut tergerus.

“Orang menonton wayang saat ini bahkan dikatakan sudah tidak ada peminat. Tapi berkat Bapak Ibu sekalian, karena kalau sampai wayang ini punah, kalau adik-adik tidak diperkenalkan dengan budaya kita, nanti antara orang Indonesia dengan orang Amerika, orang Prancis itu sama,” ujarnya.

Menurut Sumanto, globalisasi membuat masyarakat dunia mampu setara secara ekonomi dan teknologi. Namun, bangsa Indonesia harus tetap memiliki jati diri melalui budaya yang leluhur wariskan.

“Kompetisinya, ekonominya sudah sama, tetapi budayanya ini yang harus kita uri-uri, kita lestarikan. Maka PDI Perjuangan hari ini, bersama Bapak Ibu sekalian pemerhati budaya, mengadakan acara 100 tahun Ki Narto Sabdo,” lanjutnya.

Ia mencontohkan Jepang dan Korea sebagai negara maju yang tetap konsisten mempertahankan tradisi. Bahkan, kata dia, hal itu tampak dari nama-nama anak yang tetap menggunakan identitas lokal, berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Jepang, Korea itu negaranya maju tapi masih mempertahankan budaya. Nama-namanya saja juga sama. Jadi kalau anak-anak kita coba kita lihat di rapor, itu kalau guru-guru SD, SMP, SMA nama Sumanto sudah enggak ada. Pak Kirno sudah enggak ada,,” terang Sumanto.

Ia menambahkan, pewayangan sendiri juga merupakan bagian dari budaya yang tercermin dari nama-nama tokoh legendaris. Sayangnya, kini banyak orang tua lebih memilih memberi nama anak mereka dengan nama asing.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan