SEMARANG, beritajateng.tv – Suasana hening namun sarat emosi menyelimuti ruang pameran “Ketika Api Menyala di Semarang“. Dalam pencahayaan temaram yang lembut, deretan lembaran koran tua serta potret hitam-putih bersejarah menyuguhkan kisah heroik pertempuran 15–20 Oktober 1945. Kala itu warga Semarang berjuang mempertahankan kemerdekaan dari pendudukan Jepang.
Ketika pengunjung melangkah masuk, aroma kertas tua berpadu dengan pantulan cahaya lembut dari lembaran kain bergambar dokumentasi perang. Setiap sudut seolah menghidupkan kembali ingatan tentang kobaran semangat rakyat Semarang 80 tahun silam.
Kurator pameran, Kesit Wijanarko, menyebut pameran ini lahir dari riset mendalam selama tiga bulan yang bermula dari sebuah inspirasi sederhana: koleksi lengkap Warta Indonesia edisi Oktober 1945.
“Dari situ kemudian terpantik ide untuk menelusuri ulang peristiwa pertempuran di Semarang. Karena di dalam arsip koran itu, pemberitaannya sangat lengkap dan autentik,” ujar Kesit saat ditemui di sela pembukaan pameran pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Kesit bersama rekan kuratornya, Mozes Christian Budiono, menelusuri berbagai sumber sejarah dan mengonfirmasi setiap data agar keabsahannya terjamin.
Pameran “Ketika Api Menyala di Semarang” tampilkan koran lawas hingga foto dokumentasi langka
Hasilnya, pameran ini menampilkan 16 edisi Warta Indonesia dan 2 edisi Koran Merdeka, termasuk maklumat resmi Gubernur Wongsonegoro yang menandai berakhirnya tembakan antara pihak Indonesia dan Jepang pada 22 Oktober 1945.
Tak hanya teks, pengunjung juga disuguhkan sekitar 50 foto dokumentasi langka, yang sebagian besar bersumber dari luar negeri.