SEMARANG, beritajateng.tv – Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leontinus Alpha Edison, mengingatkan bahwa korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) tidak hanya berasal dari kelompok berpendidikan rendah.
Ia menyebut, dalam sejumlah kasus, lulusan perguruan tinggi pun ikut terjebak tawaran kerja palsu di luar negeri. Hal itu Leontinus sampaikan usai menghadiri Workshop Kepala Sekolah SMK untuk Program SMK Go Global di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Kamis, 4 Desember 2025.
“Bukan mayoritas [sarjana], maksudnya ada juga yang S-1. Dalam logika kita, orang yang cukup berpendidikan itu seharusnya bisa memfilter informasi yang lebih baik. Tapi ternyata orang tetap susah untuk filter,” ujar Leontinus.
Menurut dia, banjir informasi palsu dan hoaks lowongan kerja di era digital membuat banyak calon pekerja tidak mampu membedakan peluang resmi dan penipuan. Hal ini, kata Leontinus, harus menjadi perhatian pemerintah maupun lembaga pendidikan.
BACA JUGA: Kemenko PM Targetkan 500 Ribu Lulusan SMK Kerja di Luar Negeri, Siap Kirim ke Jepang-Timur Tengah
“Maka dari itu pemerintah pusat, daerah, plus stakeholders pengiriman calon pekerja migran harus rajin turun ke lapangan menyebarkan informasi yang valid. Jadi bukan hanya informasi palsu yang beredar,” jelasnya.
Leontinus menambahkan, penegakan hukum terhadap TPPO merupakan ranah kepolisian dan Kemenko Polkam. Namun, kata dia, Kemenko PM tetap bertanggung jawab memastikan literasi calon pekerja migran meningkat.
“Ketika kita membanjiri informasi jauh lebih banyak dari informasi yang tidak valid, harapannya lebih banyak calon pekerja kita yang mulai tahu dan bisa membedakan mana yang valid mana yang tidak,” ujarnya.
Ia menegaskan, masyarakat perlu berhati-hati terhadap tawaran kerja yang terdengar terlalu mudah.













