SEMARANG, beritajateng.tv – Lonjakan harga cabai yang terjadi hampir dua bulan terakhir di Jawa Tengah akhirnya mendapat respons cepat dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Pada Rabu, 10 Desember 2025, tim menggelar operasi pasar cabai di dua lokasi besar, yaitu Pasar Legi Surakarta dan Pasar Karangayu Semarang.
Sebanyak lima kuintal cabai digelontorkan ke masyarakat dengan harga Rp 65.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih rendah dari harga pasar yang sebelumnya sempat menembus Rp 80.000 per kilogram.
Langkah ini harapannya dapat memperkuat daya beli masyarakat sekaligus menahan laju inflasi kelompok pangan.
Operasi pasar tersebut melibatkan berbagai instansi, antara lain Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Dinas Ketahanan Pangan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, BUMD PT JTAB Pangan, serta kelompok champion lokal Petarung Sejati.
BACA JUGA: Harga-harga Melonjak di Pasar Semarang, Cabai Rawit Tembus Rp80 Ribu, Ayam Rp40 Ribu Per Kg
Mereka berkomitmen menyediakan cadangan cabai sebesar 18 persen dari total produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2025.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Defransisco Dasilva Tavares, menyampaikan bahwa kenaikan harga cabai yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir berpotensi memicu inflasi. Karena itu, pemerintah memilih melakukan intervensi langsung di pasar.
Dari hasil pemantauan dini hari di Pasar Karangayu Semarang dan berlanjut ke Pasar Legi Surakarta, harga cabai rawit dan cabai besar mulai menunjukkan penurunan.
Harga yang sebelumnya berada di kisaran Rp 80.000-90.000 turun menjadi Rp 75.000 per kilogram. Beberapa jenis cabai lainnya juga mengalami penurunan sekitar Rp 5.000 hingga Rp 6.000.

Menurut Defransisco, pasokan cabai di tingkat petani sebenarnya mencukupi. Produksi cabai besar, cabai keriting, maupun cabai rawit berada di atas kebutuhan Jawa Tengah.
Namun, gangguan pasokan dari daerah lain akibat cuaca ekstrem dan bencana alam ikut mempengaruhi pergerakan harga di pasar.
“Stok kita aman. Kenaikan ini lebih dipengaruhi permintaan di luar daerah dan cuaca lembap yang memicu serangan penyakit tanaman,” ujarnya.







