SEMARANG, beritajateng.tv – Anak penyandang autisme masih mendapat stigma negatif di Indonesia. Tak sedikit masyarakat yang belum tahu apa itu autisme dan bagaimana cara menghadapi anak autis.
Padahal, jumlah penyandang autisme di Indonesia terus mengalami kenaikan, dengan tambahan 500 anak pengidap autis tiap tahunnya.
Di sisi lain, tak pernah mudah bagi orang tua saat mengetahui anaknya menunjukkan gejala autisme. Tak sedikit di antaranya yang denial atau menolak mengetahui fakta bahwa anaknya mengidap autisme.
Namun hal tersebut tak berlaku bagi Dini Avia. Anaknya, Al Keanu, memang lahir seperti bayi pada umumnya. Pertumbuhannya sesuai tabel, bahkan mulai bisa berbicara di usia 1,5 tahun.
Namun, Dini curiga akan satu hal. Anaknya tidak pernah berbicara saat meminta sesuatu. Selain itu, anaknya hanya berbicara kata-kata yang muncul di iklan televisi.
BACA JUGA: Peringati Hari Peduli Autisme, Sekolah Inklusi Fun & Play Semarang Gelar Lomba Melukis dan Hafalan
“Kalau minta sesuatu nggak bisa malah narik-narik, saya bawa ke dokter tumbuh kembang, akhirnya disuruh stop tv,” katanya kepada beritajateng.tv, Selasa, 2 April 2024.
Al Keanu kemudian terdiagnosa mengidap autisme ringan. Yaitu, superior dengan gangguan emosi. Artinya, Al Keanu memiliki kecerdasan luar biasa.
Sempat menyekolahkannya PAUD di sekolah reguler, Dini akhirnya mendaftarkan Al Keanu ke Sekolah Inklusi Fun & Play Semarang. Di sana, bakat dan potensi Al Keanu menjadi terasah.