SEMARANG, beritajateng.tv – Mulanya, pihak Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) menyebut iuran wajib yang dibayarkan oleh mahasiswanya hanya berlangsung di semester 1 atau enam bulan pertama. Hal itu terungkap dari Dekan FK Undip, Yan Wisnu Prajoko beberapa waktu lalu usai mengakui adanya perundungan di PPDS Anestesi.
Namun, iuran wajib PPDS Undip tersebut terbantah oleh pernyataan ibunda dr. Aulia Risma Lestari, Nuzmatun, yang muncul ke publik pertama kali pada jumpa pers, Rabu 18 September 2024. Ia mengaku rutin mentransfer uang dengan nominal yang berbeda-beda ke rekening Aulia Risma.
“Kami sudah pegang datanya, sudah kami serahkan ke Polda berupa rekening koran. Sudah mengalir dana dari saya selaku ibunya [untuk] membayarkan, mengirimkannya, kepada almarhumah. [transfer uang iuran PPDS Undip] setiap bulan, nominalnya beda-beda,” ungkap Nuzmatun.
BACA JUGA: Sebut Bullying PPDS Undip Bak Warisan, Anggota DPR RI: Hukuman Pelaku Jangan Lama-lama
Perihal iuran yang dibayarkan di semester satu saja, Nuzmatun memberikan jawaban lain.
“Kalau [iuran] yang besar hanya di semester satu, tapi tetap di semester berikutnya masih ada, gak hanya di semester satu. Tapi nominal yang besar memang di semester satu,” akunya.
Tetap bayar iuran PPDS Undip terakhir di bulan kematian dr. Aulia
Lebih lanjut, Nuzmatun mengaku masih membayarkan iuran PPDS Undip itu pada Agustus 2024 lalu. Artinya, ia masih membayarkan iuran melalui transfer ke rekening Aulia Risma di bulan kematian putrinya.
“Terakhir membayar, karena bulanan, itu Agustus [2024] masih. Walaupun nominalnya kecil,” ucap dia.
Menurut pengakuannya, iuran nominal besar memang hanya dibayarkan di semester pertama. Namun, kata Nuzmatun, tetap ada iuran yang dibayarkan di semester selanjutnya.
“Yang di satu semester pertama itu [untuk] senior, kalau selebihnya itu untuk kebutuhan se-angkatan,”paparnya.
Menangis, Nuzmatun minta keadilan
Dalam kesempatan itu pula, Nuzmatun menanggapi pihak Undip yang akhirnya mengaku adanya perundungan setelah berkali-kali menyangkal jika kematian Aulia Risma bukan karena bullying, terutama di lingkungan PPDS Undip.