Menyampaikan bahwa pihak kampus telah melakukan penyelidikan internal dan mewawancarai beberapa saksi.
Anom yang turut menyaksikan peristiwa itu menuturkan bahwa dugaan awal bukan karena kecelakaan murni.
“Kemungkinan besar, almarhum terjatuh setelah melompat,” ujarnya hati-hati.
Secara akademik, TAS terkenal sebagai mahasiswa berprestasi dengan IPK 3,91 serta gemar membantu teman-teman menjelang ujian.
“Banyak mahasiswa dari berbagai angkatan datang malam ini. Itu menunjukkan betapa dia dicintai banyak orang,” tambahnya.
Anom juga menggambarkan TAS sebagai pribadi yang disiplin dan rapi, bahkan sering merapikan kursi atau ruangan yang berantakan di kampus.
Tak Ada Unsur Perundungan
Menanggapi rumor yang beredar, Anom menegaskan tidak ditemukan bukti adanya perundungan di lingkungan kampus.
“Memang ada percakapan internal antarmahasiswa yang kurang empatik, tetapi hal itu terjadi setelah insiden, jadi bukan penyebabnya,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa hubungan sosial dan akademik TAS berjalan baik, termasuk proses bimbingan skripsinya dengan dua dosen pembimbing yang dikenal kooperatif.
BACA JUGA: Darah dan Semangat: Tragedi dan Heroisme di Pertempuran Lima Hari Semarang
Universitas Udayana, lanjutnya, telah menyediakan layanan konseling 24 jam bagi mahasiswa yang memerlukan pendampingan psikologis.
“Kami selalu membuka diri. Mahasiswa bisa menghubungi saya kapan saja jika butuh tempat bercerita,” jelasnya.
Di akhir pernyataannya, Anom mengajak seluruh civitas akademika untuk menumbuhkan kembali semangat gotong royong dan empati.
“Kalau pun ada jarak atau masalah, mari kita saling mendengar dan mencari solusi bersama. Semua bisa terselesaikan,” pungkasnya.(*)