“Ini sebenarnya bukan hal yang aneh. Anak-anak diperkenalkan dengan itu. Ada banyak bunga, juga harum wangi dupa atau menyan. Ini bukan klenik,” ungkap Khalik.
Sementara itu, SD Negeri Pekunden turut menghadirkan pemerhati budaya yakni Putut Adi Haryanto, Agus Chotim, dan Fristanto. Ketiganya tampak antusias menjelaskan sekaligus mengajak siswa SD Negeri Pekunden untuk praktik jamasan secara langsung.
BACA JUGA: Penjamasan Enam Pusaka Peninggalan Ki Ageng Pandanaran dengan Air Perwitasari dari 19 Kecamatan
“Sekedar edukasi di mana anak mengenal keris, sehingga mengganggap keris itu bukan sesuatu yang mistik,” ungkap Putut Adi.
Senada dengan Putut, Khalik juga berharap dengan kegiatan ini masyarakat khususnya generasi muda tidak lagi menganggap jamasan keris sebagai hal yang mistis ataupun syirik.
“Di masyarakat Jawa juga demikan menggunakan dupa atau kemenyan. Harapannya tidak ada lagi yang menganggap klenik atau syirik,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi