“Banyak yang mengajukan dispensasi nikah karena pergaulan bebas. Secara psikologis, ini tidak sehat karena mereka belum matang secara mental dan emosional,” tegasnya.
Bagi Probowatie, pilihan untuk menikah atau tidak adalah hak pribadi yang disertai risiko masing-masing. “Semua pilihan ada konsekuensinya. Yang penting, setiap orang harus memahami risiko dan siap menjalaninya,” pungkasnya.
Dengan perubahan pola pikir generasi sekarang, angka pernikahan di masa depan kemungkinan akan terus menurun, sementara definisi kebahagiaan dalam hubungan akan semakin beragam.
BACA JUGA: Luxury Wedding Expo Renaissance Romance 2025 Dongkrak Industri Pernikahan di Semarang: Konsep Megah-Modern
Sebelumnya, BKKBN Jawa Tengah menegaskan bahwa menjaga angka kelahiran seimbang tidak hanya berkaitan dengan jumlah penduduk semata, tetapi juga kelestarian ekosistem sosial dan lingkungan.
Hal itu diungkapkan oleh, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia belum lama ini. Dengan jumlah penduduk yang sesuai daya dukung lingkungan, negara dapat memastikan kualitas hidup masyarakat tetap terjaga.
“Supaya penuhi tumbuh seimbang itu penting untuk menjaga lingkungan dan ekosistem. Semua saling berkaitan satu sama lain,” tegas Eka. (*)
Editor: Farah Nazila