Gaya Hidup

Asiknya Nongki di Bale Muktis, Ruang Interaksi Kopi dan Tembakau

×

Asiknya Nongki di Bale Muktis, Ruang Interaksi Kopi dan Tembakau

Sebarkan artikel ini
bale muktis
Suasana hangat para pengunjung yang bercengkrama di Bale Muktis. Jumat, 17 Oktober 2025 malam. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah menjamurnya kafe modern di Kota Semarang, Bale Muktis tampil berbeda. Tempat ini bukan sekadar tempat nongkrong, tapi menjadi ruang untuk mengenalkan dua kekayaan alam Indonesia yang sarat budaya, kopi dan tembakau.

Pemilik Bale Muktis, Aburrohman Radika, menyebut bahwa konsep ini lahir dari kegelisahan melihat dua komoditas itu mulai dilupakan makna budayanya.

“Bale Muktis dibuat untuk memperkenalkan dua hal penting kopi dan tembakau. Tapi bukan cuma soal rasa atau bisnis, melainkan tentang kebudayaan di dalamnya,” jelas Radika saat beritajateng.tv temui di tempat usahanya pada Jumat, 17 Oktober 2025 malam.

Melestarikan Tradisi Lewat Ngopi

Bale Muktis dibangun dengan konsep “bale”, yaitu tempat kumpul tanpa sekat, di mana siapa pun bisa datang, duduk bersila, ngobrol, dan bertukar cerita.

Menurut Radika, dari obrolan ringan itulah pengetahuan tentang kopi dan tembakau hidup kembali.

“Di sini, yang tadinya enggak kenal bisa jadi teman. Ngobrolnya ya seputar kopi, tembakau, rempah, sampai cara ngelinting. Kita enggak mau bikin kafe modern, tapi tempat interaksi,” ujarnya.

Uniknya, tempat yang terletak di Jalan Yogya No. 22 Kota Semarang ini tidak menyediakan Wi-Fi atau stop kontak di setiap meja.

“Enggak ada Wi-Fi di sini. Kalau butuh ya ngobrol aja. Karena tujuannya memang bikin orang saling kenal, bukan saling diam,” lanjutnya.

BACA JUGA: Di Tengah Polemik Royalti, Cafe di Semarang Ini Masih Putar Lagu

Bale Muktis memang fokus pada dua produk utama, kopi dan tembakau. Namun cara memperkenalkannya tidak lewat pameran atau pelatihan formal, melainkan melalui percakapan santai dan praktik langsung.

“Melestarikan itu enggak harus rumit. Cukup ngobrol sambil ngopi. Dari situ orang jadi tahu, tembakau itu enggak cuma untuk rokok, kopi itu juga punya perjalanan panjang dari petani sampai cangkir,” kata Radika.

Kopi yang disajikan di Bale Muktis disangrai dengan cara tradisional, menggunakan tanah liat dan kayu bakar. Setiap minggu, proses sangrai atau roasting dilakukan langsung di depan pengunjung.

“Biasanya seminggu sekali pasti ada roasting. Kadang lima sampai enam kilo. Lama karena masih pakai kayu bakar,” ujarnya.

Bale Muktis Rebranding Dari Kafe ke Konsep Bale

Sebelum membuka Bale Muktis di lokasi barunya, Radika sempat mengelola coffee shop di kawasan Kranggan, Pecinan Semarang, selama 12 tahun.
Namun setelah pindah, ia merasa perlu melakukan rebranding agar lebih sesuai dengan semangat awalnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan