SEMARANG, beritajateng.tv – Menjelang Ramadan, masyarakat sering kali bertanya tentang awal puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Sampai sekarang, belum ada kesepakatan dalam metode penentuan awal Ramadan di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin, menjelaskan bahwa perbedaan ini terus terjadi.
“Banyak yang menanyakan kapan awal dan akhir Ramadhan 1446 H, serta apakah ada perbedaan di antara metode yang digunakan,” ujar Izzuddin, Selasa, 25 Februari 2025.
Dalam Islam, kata Izzuddin, Rasulullah SAW memberikan panduan melalui hadis Buchari Muslim:
BACA JUGA: Video Pemkot Semarang Batasi Jam Buka Tempat Hiburan selama Ramadan
“Berpuasalah saat melihat hilal dan berbukalah saat melihat hilal. Jika terhalang awan, maka genapkan Sya’ban menjadi 30 hari.”
Namun, hadis ini ditafsirkan dengan cara berbeda. Kata Izzuddin, ada yang mewajibkan melihat langsung (rukyah), sementara yang lain cukup menggunakan perhitungan astronomi (hisab).
Metode menentukan awal Ramadan
Di Indonesia, metode yang umum dipakai adalah rukyah satu wilayah negara oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan hisab wujudul hilal oleh Muhammadiyah. Pemerintah mencoba menjembatani keduanya melalui metode imkanurrukyah.
Menurut data hisab dari Menara Al-Husna MAJT Semarang, ijtima’ terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 pukul 07:44:38 WIB.