Gaya Hidup

Bajaj Semarang: Pilihan Murah untuk Belanja atau Masalah Baru di Jalan Raya?

×

Bajaj Semarang: Pilihan Murah untuk Belanja atau Masalah Baru di Jalan Raya?

Sebarkan artikel ini
bajaj semarang
Transportasi Bajaj mulai hadir di Kota Semarang. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kehadiran bajaj di Kota Semarang ramai diperbincangkan publik. Moda transportasi roda tiga yang sudah lebih dulu populer di Jakarta ini teranggap memberi warna baru bagi mobilitas warga.

Namun, di sisi lain juga menimbulkan pro dan kontra, terutama terkait keselamatan, kemacetan, dan keterpaduannya dengan transportasi yang sudah ada.

BACA JUGA: Isi Liburan Sekolah dengan Kegiatan Edukatif, Begini Serunya Keliling Semarang Naik Bajaj

Theresia Tarigan, pengamat transportasi di Semarang, menilai kehadiran bajaj sebenarnya tidak serta merta buruk. Menurutnya, bajaj bisa menjadi solusi alternatif jika difungsikan sesuai kebutuhan masyarakat dan diatur secara tepat.

“Kalau di Jakarta saya pernah coba, memang membantu untuk perjalanan singkat. Tapi kalau di Semarang, alangkah baiknya bajaj tidak mangkal di titik nol atau pusat kota. Lebih tepat kalau melayani kebutuhan dari permukiman ke pasar atau sebaliknya,” jelas Theresia saat beritajateng.tv hubungi melalui panggilan WhatsApp pada Jumat, 26 September 2025.

Solusi Transportasi Alternatif

Theresia menekankan bahwa bajaj dapat menjadi pilihan bagi masyarakat yang membutuhkan transportasi dengan tarif terjangkau, terutama untuk membawa barang belanjaan.

“Misalnya ibu-ibu yang belanja subuh ke pasar, mereka kan sering kesulitan. Kalau harus sewa mobil, biayanya mahal. Dengan bajaj, bisa lebih murah dan barang bawaan juga bisa di angkut. Prinsip saya, more option is better. Semakin banyak pilihan transportasi, semakin baik untuk masyarakat,” terangnya.

Catatan Keselamatan dan Lokasi Operasi

Meski mendukung keberadaan bajaj, Theresia mengingatkan soal aspek keselamatan. Menurutnya, bajaj beresiko tinggi jika beroperasi di jalan-jalan besar yang terpenuhi kendaraan berkecepatan tinggi.

“Kalau di jalan besar, bajaj itu rawan crash dengan kendaraan lain. Saya pribadi enggak berani naik kalau harus berbaur di jalan besar seperti Pandanaran atau Sultan Agung. Lebih aman kalau hanya di jalan lingkungan atau jalur-jalur permukiman dengan kecepatan rendah,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah memberi batasan area operasional bajaj.

“Kalau di pusat kota resikonya macet dan tidak aman. Tapi kalau di pasar-pasar, permukiman padat, atau jadi feeder ke transportasi utama, justru bisa membantu,” tambahnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan