Keputusannya tetap akan di PDIP sampai kapanpun tanpa iming-iming, melainkan kegigihannya menempuh jalan ksatria Jawa.
“Bambang Pacul menempuh jalan Ksatria, mentalitetnya itu Korea, jalan sebagai anak Jawa,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Bambang Pacul turut menganalogikan keruntuhan sebuah partai yang ia anggap sama dengan kapal yang tenggelam.
“Jika kerajaannya rubuh misalnya, ibaratnya kapal. Kalau kapal bocor dan mau tenggelam, yang lari pertama itu tikus. Yang ada di situ [bertahan] nahkoda dan mereka yang setia jadi anak geladak terakhir, anak buah kapal,” ujar dia.
BACA JUGA: Bambang Pacul Tak Lagi Jabat Ketua PDIP Jateng, Pengamat: Strategi Bu Mega Menangkan Pemilu 2029
Bambang Pacul menyebut, bahwa ia sama dengan analogi nahkoda ataupun anak buah kapal yang tetap berada di kapal tenggelam tersebut.
“Kita akan bertahan di sana, understand?,” pungkas Bambang Pacul. (*)
Editor: Farah Nazila