Dalam persiapan maupun selama pelaksaaan pameran, lanjutnya, pihaknya memang melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas, pelajar, hingga mahasiswa. Sehingga, pameran ini juga menjadi kesempatan bagi seniman untuk mengeksplorasi karya seni yang inovatif.
“Kami juga melibatkan teman-teman disabilitas, guru-guru, pelajar, seniman, dan tidak hanya dari Semarang, tapi juga luar Semarang seperti Pati, Kudus, Pekalongan, hingga Bali,” sambungnya.
Pameran Hompimpa Alaium Gambreng usung konsep MICE
Lebih lanjut, Krisna menjelaskan bahwa pameran ini mengusung konsep MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Sehingga, selama pameran berlangsung akan ada kegiatan-kegiatan berupa pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran.
Kegiatan tersebut mulai dari workshop, penampilan seni pertunjukan, pemberian penghargaan, donasi bantuan, hingga perkumpulan seniman dengan kurator dan kolektor.
Selain ragam acara bersifat MICE, Krisna juga menyiapkan berbagai bentuk kolaborasi antar komunitas-komunitas yang ada di Semarang. Antara lain kegiatan meramu jamu, wiron kain batik, kolase perca kain batik, kreasi sarung dan ikat kepala Semarangan, dan sebagainya.
“Harapannya dengan pameran ini bisa terbentuk jejaring dalam berkomunitas semakin kuat, kita bisa saling support. Jadi dalam berkesenian dan berindustri kreatif kita bisa saling memberikan dampak yang positif,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi