BI Jateng Gelar Bedah Buku 1830 Bersama Peter Carey, Bangkitkan Warisan Perjuangan Diponegoro
Sosok yang sangat fasih berbahasa Indonesia itu menggambarkan PangeranDiponegoro sebagai sosok berintegritas tinggi, penuh keteguhan dan keberanian, serta terkenal lugas dalam menyampaikan pandangan.
Menurut dia, PangeranDiponegoro tidak segan menunjukkan kekecewaan secara terbuka ketika menghadapi hal yang di anggap menyimpang dari nilai moral.
Ia menegaskan pentingnya warisan moral PangeranDiponegoro. Yakni integritas, keteguhan, pengorbanan, dan keberanian menegakkan kebenaran meski menghadapi kegagalan.
“PangeranDiponegoro menunjukkan kepada kita bahwa sejarah bukan hanya tentang kemenangan. Tetapi tentang keberanian menjalani takdir, menjaga martabat, dan meninggalkan teladan bagi generasi mendatang,” katanya.
Buku “1830” menawarkan sembilan “pisau bedah” yang mengajak pembaca meninjau kembali warisan kolonial. Serta Dampaknya terhadap cara pandang bangsa Indonesia hingga kini.
Melalui refleksi sejarah tersebut, kata dia, masyarakat harapannya tidak sekadar mengingat simbol-simbol masa lalu. Tetapi juga mengolahnya sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan zaman, termasuk arus digitalisasi dan polarisasi opini di ruang publik. (*)
Editor: Elly Amaliyah