Dalam rancangan itu, Eistianah mengusulkan pengajuan dana Rp1,7 triliun untuk tanggul laut Sayung di luar tol kepada pemerintah pusat. Namun, kata dia, anggaran tersebut belum disanggupi.
“Kami sebenarnya sudah ada DED 2024. Program kami harusnya tahun ini Rp1,7 triliun untuk tanggul laut yang ada di Sayung, di luar tol. Niat kami kan normalisasi dan [pembangunan] tanggul laut. Sudah kami ajukan sampai Bapenas tapi anggarannya belum ada,” tegasnya.
Pihaknya pun tak pasti apakah pengajuan itu dapat terkabul atau tidak. “Ini kami dorong dan kami belum ada kesepakatan bisa turun atau tidak, ini kan belum mengambil kebijakan semuanya,” terangnya.
Eistianah tegaskan rancangan sudah ada, hanya kurang anggaran
Adapun normalisasi yang Eistianah usulkan ialah Sungai Dombo dan Sungai Pelayaran. Ia meyakini normalisasi dan pengerukan pada kedua sungai itu mampu mengurangi banjir rob di Pantura.
“Yang kami usulkan terlebih dahulu Sungai Dombo dan Sungai Pelayaran, yang ada efek mengurangi banjir di pantura,” tegasnya.
Ia menegaskan, Pemkab Demak sudah memiliki rancangan maupun konsep untuk menyelesaikan permasalahn banjir rob di Sayung.
Hanya saja, kata dia, semuanya terkendala oleh anggaran. Eistianah menyebut, APBD Demak tak cukup untuk menyelesaikan banjir rob di Sayung secara menyeluruh. Sebab, ada pembangunan lain yang mesti dikerjakan.
“Banjir di Demak gak bisa secara parsial, harus secara keseluruhan. Intinya sudah ada, tinggal anggaran yang dikucurkan. Kami dari APBD mungkin kecil ya, kalau sesuai dengan kemampuan kami itu Rp1-2 miliar. Kalau harus puluhan-ratusan miliar, kami harus ada pembangunan lain yang perlu kami perhatikan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi