Memang, kata Wahid, citra negatif tengah menggelayuti Jokowi saat ini. Namun, masa kampanye menjadi kunci penting bagi kemenangan paslon yang Jokowi endorse. Tak terkecuali bagi paslon yang digadang-gadang akan maju di Jawa Tengah, Ahmad Luthfi–Gus Yasin.
“Masih ada chance bagi Luthfi-Yasin. Kalau sekarang efek negatifnya memang terlihat, terasa. Apalagi banyak parpol yang sudah mendukung bahwa DPR harus berjalan dengan putusan MK. Baik PKS, PKB, Gerindra, hampir semuanya,” beber Wahid.
Selain masa kampanye yang Wahid anggap krusial, waktu yang tersisa sebelum pelantikan Gibran juga menentukan kemenangan paslon jagoan Jokowi dalam Pilkada 2024.
“Sebelum 20 Oktober saat pelantikan Gibran itu kan sudah masuk masa kampanye. Jadi Gibran masih bisa bergerak bebas memberikan support-nya secara langsung,” tegasnya.
Sehingga, lanjut Wahid, tak secara otomatis elektabiltas Luthfi-Yasin anjlok begitu saja atas kasus tersebut.
“Secara otomatis belum tentu Luthfi-Yasin mengalami penurunan dukungan elektoral karena kasus ini, tidak bisa menilai seperti itu,” sambung Wahid.
Terlebih, Wahid menilai sifat warga Indonesia cenderung mudah melupakan apa yang Jokowi lakukan. Hal itu membuat citra negatif Jokowi bisa jadi kembali netral atau bahkan positif di masa kampanye beberapa bulan mendatang.
“Terkadang kan salah satu persoalan dalam demokrasi itu masyarakat kita mudah lupa, mudah iba, mudah memaafkan,” tandas Wahid. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi