SEMARANG, beritajateng.tv – Dalam debat Pilwalkot Semarang pada Jumat, 15 November 2024, Calon Walikota Semarang nomor urut 2 menyinggung terkait Universal Health Coverage atau UHC di Semarang yang terbatas.
Dari sana, Yoyok menanyakan kepada Calon Walikota Semarang nomor urut 2 terkait apa kebijakan yang dapat dilakukan dari pemerintah Semarang.
“Per Oktober 2024, cakupan UHC 101,45 persen dan keaktifannya hanya 85 persen. Menurut pandangan Bu Agustin, bagaimana cakupan dan keaktifan seperti itu, apa dampaknya? Serta meningkatkan dari sisi kebijakan anggaran pemerintah Semarang?” tanya Yoyok dalam sisi tanya-jawab di debat ketiga Pilwalkot di Hotel Patra Semarang.
Menanggapi hal tersebut, Agustina memberikan dampak dari UHC yang tak terpenuhi.
“Dampak yang terjadi ketika coverage-nya tidak sampai 100 persen adalah masyarakat tidak dapat terlayani,” kata Agustina Wilujeng.
BACA JUGA: Survei Aksara Sebut Preferensi Pemilih Pilgub Jateng dan Pilwalkot Semarang Tak Linier: Meski Gambar Paslon Seposter
Ia pun mengatakan bahwa penyebab dari masyarakat yang tak terlayani ini adalah karena mereka tidak tahu soal sistem rujukan di rumah sakit.
“Beberapa masyarakat tidak paham untuk datang ke rumah sakit harus pakai rujukan,” jelasnya.
Dari sana, paslon Agustin-Iswar mengeluarkan program untuk membangun minimal satu puskesmas untuk satu kelurahan.
“Untuk itu, kami akan membangun puskesmas yang hari ini hanya berjumlah 85 puskesmas. Secara berkala selama 5 tahun, untuk desa, paling tidak satu kelurahan, 1 puskesmas,” tambahnya.
“Kami berharap proses membuat rekomendasi untuk bisa ke rumah sakit itu tidak hanya dari puskesmas. Selama masih dalam pembangunan, itu (rekomendasi) bisa diberikan klinik-klinik,” ujarnya.
“Kalau sudah terlanjur (pasien) tidak dapat rekomendasi dokter primer, kita harus gercep (gerak cepat) datang ke rumah sakit yang sudah terlanjut ada di rumah,” katanya.
“Apapun, masyarakat yang ada di rumah sakit harus terlayani, harus disembuhkan,” kata Agustina.