“Biasanya pagu keluar, di akhir Maret awal April sudah mulai ada permintaan-permintaan. Sekarang kan enggak ada. Yang biasanya diusung pemerintah seperti seminar tidak approve,” kata Alit.
Ia menambahkan, kondisi saat ini tergolong mirip dengan kondisi saat Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Saat itu, hotel kehilangan 50 persen pemasukkan dan terpaksa merumahkan karyawan akibat pembatasan kegiatan.
Demi menjaga supaya bisnis hotel rapat terus berjalan, Alit dan hotel-hotel di Semarang kini sedang memutar otak mencari cara lain demi menutupi pemasukan yang hilang dari sektor pemerintah. Salah satunya dengan memperbaiki dan memperluas layanan.
“Strateginya, kita shifting ke segmen pasar lain, ke ikan-ikan yang lain. Dengan catatan, kita perbaiki semuanya. Mulai dari software, hardware, product quality, dan yang utama adalah direct experience customer,” katanya.
BACA JUGA: Pembunuh Wanita di Kolong Kasur Hotel Semarang Tertangkap, Ini Alasan Pelaku Cekik Korban
Alit berharap, pemerintah dapat segera memulihkan anggarannya. Bagaimanapun, sektor perhotelan memegang peranan penting dalam kemajuan ekonomi daerah.
“Harapan kedepannya kita semua sama-sama membangun negara, karena bagaimanapun penyumbang pajak adalah dari sektor hotel juga,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila