Namun, ketika Bana mulai menaruh hati padanya, rahasia kelam kutukan Bahu Laweyan perlahan terbongkar, terkait dengan Puti, saudara tirinya yang menyimpan dendam lama.
Meski dipenuhi rasa takut, Mirah bertekad menantang kutukan tersebut dan memperjuangkan cintanya, meski harus menghadapi risiko besar yang mengancam keselamatannya.
Dia Bukan Ibu (25 September)
Dua tahun setelah perceraian kedua orang tuanya, Vira kini hidup bersama ibunya, Yanti, dan adiknya, Dino.
Kehidupan mereka tampak lebih baik Yanti berubah lebih ceria, terlihat anggun, sukses, mampu membeli rumah baru, bahkan membuka salon yang selalu ramai pelanggan.
Namun, di balik keberhasilan itu, Vira mulai merasakan ada yang aneh. Ia melihat ibunya bersikap kasar pada pelanggan, bahkan sampai melukai Dino, tetapi keesokan harinya Yanti kembali bersikap normal seakan tidak pernah terjadi apa pun.
Kecurigaan tersebut membuat Vira bertekad mengungkap kebenaran: benarkah sosok yang bersamanya itu masih ibunya?
BACA JUGA: Bedah Karya Film Uttarani: Sang Ratu dari Utara, Angkat Nilai-Nilai Kemanusiaan Ratu Kalinyamat
Kang Solah X Nenek Gayung (25 September)
Solah Vincenzio kembali ke kampung halamannya bersama Fajrul, Jaka, dan Supra dengan harapan disambut layaknya pahlawan.
Namun, bukannya sambutan hangat yang mereka dapat, warga malah menganggap mereka sebagai sosok hantu.
Rasa kecewanya semakin dalam ketika mengetahui Dara Gonzalez, wanita yang sejak lama ia cintai, justru akan menikah dengan adiknya, Iqbal.
Namun kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama karena muncul teror mencekam dari Nenek Gayung, roh pemandikan jenazah yang mencari korban baru.
Untuk melindungi Iqbal dan Dara, Solah bersama sahabat-sahabatnya harus berhadapan dengan makhluk gaib tersebut, dengan bantuan Kang Mas Pusi.
Menjelang Maghrib 2 (4 September)
Berlatar pada tahun 1920 pada era Hindia Belanda, cerita ini mengisahkan perjalanan Giandra (Aditya Zoni), seorang dokter muda lulusan Stovia, yang tersentuh setelah membaca kabar tentang Layla (Aisha Kastolan), seorang gadis yang mengalami pemasungan oleh penduduk desa Karuhun.
Pada masa itu, pemasungan masih menjadi metode penyembuhan gangguan jiwa, meski bertentangan dengan pandangan medis modern yang dianut Giandra.
Mama: Pesan dari Neraka (11 September)
Putri tumbuh besar dengan mengenal ibunya, Sari, hanya sebagai seorang peramal tarot terkenal tanpa memiliki banyak kenangan pribadi yang dekat.
Namun, setelah Sari meninggal akibat kecelakaan, Putri tiba-tiba menerima pesan misterius yang terkirim dari nomor ponsel mendiang ibunya.
Semula ia mengira pesan itu hanyalah lelucon, tetapi ternyata isi pesan tersebut menyingkap kejadian-kejadian nyata yang benar-benar terjadi setelahnya.
Dari sanalah Putri mulai yakin bahwa pesan itu benar-benar berasal dari arwah sang ibu.
Gereja Setan (11 September)
Film ini terinspirasi dari kisah nyata Mongol yang pernah terlibat dalam sekte gereja setan.
Alurnya menampilkan pengalaman mengerikan sekaligus menyingkap sisi gelap tentang kekuatan gaib serta ajaran sesat yang tersembunyi dalam kedok kepercayaan. (*)