SEMARANG, beritajateng.tv – Kondisi Semarang Zoo, kebun binatang milik Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang kembali mendapat perhatian dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang.
Kebun binatang yang selama puluhan tahun menjadi ikon wisata Kota Semarang itu kini semakin memprihatinkan.
Butuh langkah serius dari Pemerintah Kota Semarang agar Semarang Zoo tidak lagi tertinggal dari destinasi serupa di daerah lain.
Ketua DPRD Kota Semarang, Kadar Lusman, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Taman Marga Satwa Mangkang Semarang Zoo.
Menurutnya, wajah kebun binatang tersebut jauh dari kesan layak sebagai ikon kota besar seperti Semarang.
“Semakin hari, (Semarang Zoo) semakin mengenaskan, dan memprihatinkan. Saat ini, mestinya Pemerintah Kota Semarang tampil. Ini bisa jadi momen yang baik, karena Semarang Zoo ini adalah ikon Kota Semarang,” kata Pilus, sapaan akrabnya.
Menurut Pilus, Pemkot Semarang seharusnya memanfaatkan momen kali ini untuk melakukan pembenahan menyeluruh. Namun, lanjut dia, justru alokasi penyertaan modal bagi BUMD Semarang Zoo di nilai masih jauh dari memadai. Pada tahun 2026, anggaran penyertaan modal hanya sebesar Rp 5 miliar.
BACA JUGA: Hore! Semarang Zoo Datangkan 3 Satwa Baru Tahun Ini, Ada Capybara yang Gemes
“Tanpa konsep jangka panjang yang jelas, penyertaan modal Pemkot tidak akan cukup mengangkat daya saing Semarang Zoo,” sebutnya.
Pilus menekankan pentingnya rencana pengembangan yang terukur, baik dari sisi fasilitas, koleksi satwa, hingga konsep wisata edukasi. Hal ini agar Semarang Zoo mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Pilus juga menyinggung isu yang sempat ramai di media sosial terkait berkurangnya jumlah satwa, termasuk kabar hilangnya harimau. Dia menilai hal tersebut perlu penelusuran secara serius karena menyangkut aspek keamanan, konservasi, dan kepercayaan publik.
“Lagi ramai di media sosial itu harimaunya hilang, Didol (dijual) atau gimana, saya kurang tau. Makanya kami akan melakukan pantauan dan komunikasi penyelidikan. Bener enggak sih itu terjadi (jual beli macan). Kok sampai itu hewan dikurangi (dijual),” ujar Pilus.
Ia menegaskan DPRD akan melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
Menurutnya, jika benar terjadi penjualan satwa, hal itu menunjukkan persoalan serius dalam pengelolaan dan sumber pendapatan BUMD ini.
“Lagi ono papat hilang meneh. Nah jadi besok kalau ke sana, ada empat kok jadi tiga. Ini bakal. Jadi pertanyaan. Bahkan sekarang kalah jauh dengan Gembira Loka. Lah itu mestinya kita bisa bersaing dengan Gembira Loka,” sebutnya.
Tertinggal dari Wisata Serupa
Kondisi ini membuat Semarang Zoo semakin tertinggal jika dari dengan kebun binatang lain seperti Gembira Loka di Yogyakarta, yang konsisten berbenah dan tetap menjadi tujuan wisata favorit.
Pilus menilai, jika pemerintah kota tidak mampu memberikan dukungan modal yang memadai, opsi menggandeng pihak ketiga secara profesional patut dipertimbangkan, dengan catatan tetap melindungi kepentingan daerah.













