SEMARANG, beritajateng.tv – Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang kembali menghadirkan ruang edukasi melalui program Semarang Punya Cerita #Kelas 1 dengan tema “Jejak Visual Penanda Zaman”.
Acara ini berlangsung di Rumah Pohan, Kota Semarang, dan menghadirkan fotografer senior Beawiharta sebagai narasumber utama. Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, Aris Mulyawan hadir memandu jalannya acara.
Berbagai stakeholder mendukung acara, seperti Rumah Pohan, AJI Semarang, Pertamina Patra Niaga, PT Perkebunan Nusantara 1, Telkomsel, dan Draft Beer.
Diskusi ini menyoroti bagaimana foto jurnalistik berfungsi lebih dari sekadar dokumentasi. Fotografi sebagai medium yang mampu merekam dinamika sosial, budaya, hingga perubahan sejarah suatu kota.
Dalam paparannya, Beawiharta menekankan bahwa foto kini menempati posisi penting di tengah derasnya arus informasi digital.
“Visual hari ini menjadi bahasa yang lebih kuat dati tulisan. Jika dulu orang membutuhkan narasi panjang, kini cukup dengan informasi singkat mengenai kapan, di mana, siapa, dan apa yang terjadi. Selebihnya, biarlah gambar yang berbicara,” ungkap fotografer yang pernah bekerja di Reuters tersebut.
Ia mencontohkan, dalam situasi kerusuhan, foto atau video mampu menyampaikan pesan yang mendalam meski hanya dengan keterangan sederhana.
“Caption itu sebatas pembatas: lokasi, subjek, waktu, dan peristiwa. Makna utamanya tetap ada pada visual,” tambahnya.
BACA JUGA: Tiap Foto Punya Cerita Tersendiri, Pesona Nusantara Tampil Menawan Lewat Pameran Fotografi
Menurut Beawiharta, foto jurnalistik berbeda dengan dokumenter pribadi karena hadir untuk kepentingan publik. Namun, ia mengingatkan pentingnya kesadaran risiko saat meliput peristiwa.
“Tidak semua kerusuhan harus kita datangi, tidak semua peristiwa harus dipotret. Perlu perhitungan matang agar tetap bisa menghadirkan penanda zaman tanpa mengabaikan keselamatan,” jelas penulis buku UNBREAKABLE (2023) itu.