Kostum bertema penjor yang ia kenakan itu ia siapkan hampir selama dua bulan. Sesuai tema Palagan Night Carnival 2025, penjor, merak, anggrek, dan cendrawasih, ia pun memilih penjor.
Meski umumnya bahan membuat penjor dari janur, lanjut Ziasriya, kostum yang ia kenakan terbuat dari berbagai bahan bekas yang ia cat seperti warna dan tekstur janur.
Bahan-bahan tersebut kemudian ia rangkai dan susun sedemikian rupa hingga menyerupai penjor dengan tambahan berbagai hiasan agar lebih menarik.
“Lumayan berat jalan dari museum kereta hingga Monumen Palagan, karena untuk kostumnya saja bobotnya mencapai 18 kilogram,” tegasnya.
Kepala Dinas Periwisata Kabupaten Semarang, Wiwin Sulistyowati, mengatakan Palagan Night Carnival merupakan wadah bagi eksplorasi seni budaya dan kreativitas.
BACA JUGA: Makin Mudah dan Praktis, Bayar Tiket di 5 Destinasi Wisata Kabupaten Semarang Ini Kini Bisa via QRIS
Sehingga, kostum yang para peserta tampilkan memiliki keunikan pada warna, corak, serta tema yang beragam sesuai dengan tema kegiatan.
Selain parade kostum, pada Palagan Night Carnival 2025 ini juga berlangsung fashion show, lomba model Pesona Wisata, lomba fotografi, hingga pameran hasil kesenian.
Pada parade kostum terdapat 37 peserta dewasa dan sembilan peserta anak-anak. Sesuai tema, Palagan Night Carnival 2025 mewajibkan penggunaan bahan recycle.
“Ini sebagai upaya kami untuk ikut mengampanyekan pengurangan, pemanfaatan, serta pengelolaan sampah yang tidak dapat terurai,” jelasnya.
Wiwin berharap, melalui penyelenggaraan Palagan Night Carnival yang sudah menjadi agenda tahunan, mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Semarang.
Pasalnya, Palagan Night Carnival berlangsung pada malam hari, maka wisatawan yang datang menyaksikan bisa menikmati suasana malam dan selanjutnya juga bisa stay (menginap).
“Sehingga pagi harinya bisa melanjutkan aktivitas berkunjung ke berbagai objek wisata lain yang ada di Kabupaten Semarang ini,” tuturnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi