Sementara itu, Plt. Kepala DP3A Kota Semarang, Noegroho Edy Rinanto, menambahkan bahwa meskipun kelurahan sudah mulai mengisi Prodeskel, kualitas profil yang dihasilkan masih berkisar antara 70 hingga 80 persen.
“Banyak yang kurang paham mengenai apa saja yang harus di isi. Pengalaman dari kelurahan Pudakpayung yang menjadi juara nasional menunjukkan beberapa poin di isi. Namun ada juga yang masih kurang lengkap,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa mengisi profil kelurahan memerlukan waktu yang tidak singkat, khususnya untuk data kependudukan yang harus disusun secara detail. Prodeskel ini juga belum terintegrasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), menyebabkan penginputan data dilakukan secara manual.
“Noegroho menekankan pentingnya Prodeskel sebagai ujung tombak data di kelurahan. Semua kelurahan harus memiliki profil yang jelas dan terperinci,” ujarnya.
“Selama ini, banyak lurah bingung mengenai apa yang harus di isi. Perlu adanya kecakapan digital agar data yang tersimpan dapat diakses dengan mudah. Kelengkapan Prodeskel juga menjadi syarat penting dalam lomba kelurahan yang di pantau langsung dari pusat,” tambahnya.
Dengan langkah-langkah ini, DP3A Kota Semarang berharap dapat meningkatkan kualitas data dan memberdayakan masyarakat di setiap kelurahan, menciptakan dasar yang kuat untuk pengembangan daerah. (*)
Editor: Elly Amaliyah