“Mereka lebih tertarik apa yang disediakan, ditawarkan, baik toko konvensional atau online. Mereka gampang tergoda oleh iklan,” kata dosen Soegijapranata Catholic University (SCU) itu.
Bagi Hermawan, Gen Z sebagai manusia modern bersifat monodimensional atau hanya memiliki satu dimensi, layaknya kuda yang memakai kacamata.
BACA JUGA: Riset Sebut Gen Z Lebih Suka WFH, Anak Muda Semarang: Lebih Nyaman dan Fleksibel
Maksudnya, Gen Z mudah mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Salah satunya yakni gonta-ganti gadget tersebut.
“Ada semangat kompetitif, semangat persaingan yang tanpa mereka sadari mendorong mereka bersikap konsumtif,” tuturnya.
Hal tersebut, lanjut Hermawan, yang kemudian mendorong Gen Z melupakan segalanya. Termasuk, rumah yang saat ini bagi mereka menjadi kebutuhan sekunder bahkan tersier.
“Mereka menjadi orang-orang praktis yang selalu mengenggam teknologi. Jadi kebutuhan mereka akan rumah sekarang tidak lagi primer, bisa menjadi sekunder, bahkan tersier,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi