Selain itu, kesejahteraan petani ikut meningkat. Ketahanan pangan daerah pun semakin kuat melalui pasokan lokal berkualitas.
Budidaya melon hidroponik di Blora
Keberhasilan budidaya melon hidroponik berawal dari tangan petani muda Dzaki Al Rozak. Ia mengembangkan usaha pada greenhouse bernama TnJ Farm.
Dengan sistem hidroponik, lahan terbatas ukuran 15 x 14 meter mampu menampung sekitar 600 tanaman melon per siklus.
Dzaki menanam varietas unggul Sweet Lavender serta The Blues. Seluruh proses tanam berlangsung menggunakan sistem hidroponik tertutup.
Kontrol pertumbuhan berjalan optimal sepanjang masa tanam. Waktu panen relatif singkat sekitar tiga bulan. Berat buah rata-rata mencapai 1,5 kilogram dengan mutu seragam.
BACA JUGA: Warga Blora Sulap Lahan Kosong 5 Ribu Meter Jadi Kebun Melon Hidroponik
“Melalui sistem hidroponik, kualitas buah lebih terjaga. Penggunaan air jauh lebih efisien. Tanaman juga terlindung dari cuaca ekstrem serta hama,” ujar Dzaki.
Ia menambahkan, pengaturan nutrisi, kelembaban, serta pencahayaan berjalan presisi sehingga produktivitas meningkat.
Usaha tersebut telah berjalan satu tahun dengan modal awal sekitar Rp50 hingga Rp60 juta. Panen ketiga kali ini menghasilkan distribusi luas.
Pemasaran menjangkau wilayah Rembang, Grobogan, Pati, Semarang, Brebes, Pekalongan, serta berbagai kota Jawa Timur. Dzaki berharap pertanian modern pekarangan mampu menginspirasi generasi muda. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













