SEMARANG, beritajateng.tv – Sebanyak 200 peserta hadir dalam kegiatan bertajuk Edukasi Sensibilitas Difabel dan Ruang Isyarat di Aula Dinas Sosial Jawa Tengah, Minggu, 12 Oktober 2025. Kegiatan tersebut merupakan inisasi Roemah Difabel bekerja sama dengan Dinas Sosial Jawa Tengah.
Ratusan peserta itu terdiri dari difabel, para orang tua, mahasiswa, dan masyarakat umum. Usai sesi pengenalan berlangsung, peserta yang hadir terbagi ke dalam beberapa kelompok diskusi.
Setiap kelompok berisi ragam difabel, mulai dari disabilitas fisik, tuli, autis, mental, dan peserta umum. Format diskusi dua arah ini terancang agar semua orang punya ruang bicara yang sama.
Di salah satu kelompok, muncul pertanyaan yang membuat peserta mengangguk pelan. “Kenapa difabel jarang terlihat di tempat umum?” tanya seorang peserta yang memantik diskusi.
Pertanyaan itu lantas salah satu peserta difabel jawab dengan tenang. Ia menyebut, banyak keluarga masih denial atau menolak kenyataan dan memilih menyembunyikan anak mereka.
Jawaban itu memantik percakapan panjang tentang pentingnya dukungan lingkungan terdekat bagi difabel.
Difabel tak butuh belas kasihan
Sekretaris Roemah Difabel Indonesia sekaligus Ketua Panitia, Faradhela Happy Rahmadan, menyebut kegiatan ini terancang untuk membuka ruang kesadaran publik bahwa yang difabel butuhkan yaitu kesempatan dan kepercayaan, bukan iba atau belas kasihan semata.
“Difabel itu tidak butuh dikasihani; difabel hanya butuh diberi kesempatan, kepercayaan, bahwa mereka juga bisa, namun dengan cara mereka sendiri,” ujar Fara, sapaan akrabnya.