Fara yang juga merupakan difabel fisik mengatakan, diskusi kelompok yang Roemah Difabel gagas ini membuat semua peserta bisa belajar langsung dari pengalaman sehari-hari difabel.
Selain diskusi dalam kelompok, Fara menyebut peserta juga turut belajar bahasa isyarat untuk memahami difabel tuli.
BACA JUGA: Yohan Pribadi Wikanto, Difabel Tuna Rungu Buktikan Kemerdekaan Lewat Prestasi Seni Lukis
Dinas Sosial Jateng dorong kesadaran inklusi terhadap difabel lewat Kecamatan Berdaya
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Jawa Tegah, Isriadi Widodo, menyebut kegiatan ini sejalan dengan program prioritas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.
Menurutnya, edukasi semacam ini membantu memperluas pemahaman publik tentang bagaimana memperlakukan difabel secara tepat.
“Kegiatan ini luar biasa, menuntun masyarakat untuk lebih peka terhadap keberadaan saudara-saudara difabel supaya lebih inklusi dan terlibat dalam pembangunan. Harapannya, tidak ada satu pun warga negara yang tertinggal,” ujar Isriadi.
Isriadi mengungkap, kegiatan semacam ini juga akan pihaknya dorong agar berlangsung di berbagai kecamatan melalui program Kecamatan Berdaya. Ia berharap semakin banyak masyarakat di Jawa Tengah yang memahami cara bersikap dan berinteraksi dengan difabel secara santun, tanpa rasa sungkan atau jarak.
“Ini ilmu yang tidak semua orang pahami. Kami ingin kegiatan seperti ini makin luas, supaya makin banyak masyarakat yang paham cara memperlakukan saudara-saudara difabel,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi