Oleh karena itu, butuh kerja sama dari semua pihak untuk mengembangkan ekonomi kreatif di setiap daerah. Tantangan terbesar dalam mengembangkan Ekraf Jateng yakni berkaitan dengan persoalan permodalan.
“Salah satu tantangannya permodalan, sehingga kita kerja secara hexahelix,” kata Riefky.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengatakan, salah satu mimpi besar Jawa Tengah adalah menjadi provinsi kreatif di Indonesia. Apalagi, sudah ada 12 kabupaten/kota di provinsi ini yang sudah ditetapkan menjadi kabupaten/kota kreatif.
“Ekonomi kreatif ini tidak terikat waktu, tempat, maupun umur. Ekonomi kreatif ini sudah menjadi back bone-nya (tulang punggung) ekonomi Jawa Tengah,” katanya.
Pemprov Jateng telah melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan ekonomi kreatif. Misalnya, mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku ekonomi kreatif, mengadakan pelatihan berbasis kompetensi, sertifikasi bagi pelaku ekonomi kreatif, hingga dukungan sosialisasi dan sertifikasi HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual).
Pemprov Jateng juga menjembatani pembentukan kabupaten/kota kreatif di Jawa Tengah, mendorong pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kabupaten/kota, dan memberi ruang kepada pegiat ekraf untuk berekspresi, bersinergi, serta membangun jejaring melalui event secara regular.
Langkah terbaru melalui program Kecamatan Berdaya. Kecamatan menjadi sentral pengembangan ekonomi kreatif yang mengakomodir pegiat ekraf di desa-desa yang ada di kecamatan tersebut. Saat ini, terdapat 150 pilot project Kecamatan Berdaya di Jawa Tengah.
“Kecamatan menjadi wadah untuk kegiatan-kegiatan memberdayakan masyarakat. Termasuk kegiatan-kegiatan yang sentralnya di kecamatan untuk menampung ekonomi kreatif yang ada di desa. Di kecamatan kita gunakan untuk pembinaan ekonomi kreatif,” jelasnya.
Dari sisi permodalan, Bank Jateng juga siap memfasilitasi permodalam melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). (*)
Editor: Andi Naga Wulan.













