Dari sisi serangan, peluang untuk anak-anak asuh Nova Arianto juga belum maksimal. Satu-satunya gol yang tercipta lahir dari situasi bola mati melalui sundulan Fadly Alberto. Sementara itu, skema serangan balik yang coba dibangun masih belum berjalan mulus.
BACA JUGA: Timeline Timnas Indonesia Hadapi Kuwait dan Lebanon pada FIFA Matchday di Surabaya
Meski begitu, ada catatan positif yang tetap bisa kita banggakan. Timnas U17 menunjukkan konsistensi mencetak gol di setiap laga selama turnamen, termasuk dua gol saat menghadapi Tajikistan, dua gol ketika melawan Uzbekistan, dan satu gol dalam partai final kontra Mali. Catatan ini menjadi modal penting untuk menjaga rasa percaya diri tim di ajang selanjutnya.
Selain itu, munculnya nama-nama baru juga memberi harapan segar bagi masa depan Garuda Muda. Salah satunya adalah Dimas Prasetyo yang tampil menonjol dan bahkan sempat mencetak gol saat melawan Uzbekistan.
Kehadirannya menjadi sinyal positif bahwa regenerasi di tubuh Timnas U17 berjalan dengan baik dan bisa menjadi aset penting untuk kompetisi yang lebih besar ke depan. Walau mengakhiri turnamen sebagai runner-up, Timnas U17 mendapatkan pembelajaran berharga.
Kekalahan memang menyakitkan, tetapi bukan akhir. Timnas U17 telah menunjukkan karakter, bola terus mengalir, dan semangat tidak padam. Semua ini jadi bahan bakar untuk belajar lebih, berlatih lebih, dan kembali lebih kuat di gelaran berkelas dunia nanti. (*)