Neni mengaku kecewa berat. Tak hanya biaya pendaftaran, ia mengaku rugi secara materiil dan waktu.
“Kecewa banget lah, saya modalnya banyak lo. Ada rias, kostum, buat pelatihan, sekitar Rp350.000 belum sama properti,” pungkasnya.
Ketua Penyelenggara Lomba Klaim Sudah Ajukan Surat untuk Trophy ke Pemprov
Sementara itu, salah satu perwakilan penyelenggara lomba tari tradisional SEC, Mei Fita, merespons kekecewaan puluhan peserta dan orang tua di lokasi kejadian.
Orang tua dan pendamping berteriak kepada Mei, sambil menuntun Mei menghadap Kantor Gubernur Jawa Tengah yang berlokasi tak jauh dari Taman Indonesia Kaya.
BACA JUGA: Fenomena No Viral No Justice Marak, Komisi III DPR RI: Polisi Tak Perlu Merasa Keduluan
Awak media berhasil mendapat keterangan singkat dari Mei.
Mei menyebut, pihaknya selaku penyelenggara menawarkan dua opsi, tetap melanjutkan lomba atau membayar kompensasi.
“Ya gapapa, kita selesaikan. Secara penawaran kami tadi kan ada dua, yang masih minat nari kita lanjutkan karena jurinya ada. Kedua, bagi yang sudah terlanjur pulang nanti kita kompensasi, itu saja,” jelas Mei.
Soal trophy Gubernur Jawa Tengah, Mei mengaku pihaknya sudah mengajukan surat permohonan untuk trophy. Namun, kata dia, Pemprov Jawa Tengah belum bisa menyanggupi permintaan tersebut.
“Kami sudah mengajukan surat permohonan untuk trophy, cuma mungkin ini akhir tahun, sehingga waktu surat itu dijawab itu belum bisa. Tetapi kami punya trophy dari tingkat provinsi,” ucap dia.
Disinyalir, Mei merupakan pengajar atau dosen di UPGRIS Semarang. Saat ditanya terkait statusnya sebagai dosen, ia menyebut hal itu tak relevan dengan acara tersebut.
“Dari SEC. Loh itu [jabatan sebagai Dosen Upgris] gak ada hubungannya,” pungkas Mei. (*)
Editor: Farah Nazila