“Coba kita tengok pewayangan. Nama-nama itu ada Bimo, ada Arjuno, itu kan budaya juga, sekarang sudah enggak ada. Bahkan nama Sumanto enggak ada, Pak Kirno enggak ada. Nah, orang Indonesia namanya Ronaldo itu karena tidak paham budaya,” pungkasnya.
Ki Narto Sabdo, Maestro yang Inovatif dan Menembus Zaman
Sementara itu, Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah, Eris Yunianto, menyebut peringatan 100 tahun ini bukan sekadar mengenang sosok Ki Narto Sabdo. Lebih dari itu, kegiatan ini momentum untuk meneguhkan kembali komitmen menjaga warisan budaya.
“Ki Narto Sabdo bukan sekedar nama. Beliau adalah simbol keagungan seni tradisi Jawa. Seorang maestro seni pedalangan dan karawitan. Pencipta gending yang karya-karyanya telah melintasi zaman dan menembus batas ruang,” ucap Eris.
Ia mencatat, bersama grup karawitan Condhong Raos, Ki Narto Sabdo menciptakan sekitar 300 gending yang dikenal luas, termasuk Gending Semarangan. Bahkan, ia berani memasukkan sentuhan dangdut dalam Ojo Ngelali, serta menciptakan lakon inovatif seperti Dosa Kliwon dan Pustaka Weni.
“Ki Narto Sabdo itu revolusioner dan kreatif. Bubuh lawakan yang lucu tetapi tidak disaru. Suara sesuai karakter tokoh-tokoh wayang yang fenomenal, menggabungkan pakeliran gaya Solo dan gaya Jogja. Itu masih diikuti dalang-dalang hingga saat ini,” kata Eris.
BACA JUGA: HUT ke 80 Kemerdekaan RI, Sumanto Dorong Generasi Muda Jawab Tantangan Zaman
Menurutnya, karya Ki Narto Sabdo menunjukkan betapa seni tradisi bisa beradaptasi tanpa kehilangan roh budaya Jawa. Hal itu harus menjadi inspirasi generasi muda untuk tidak ragu melestarikan warisan leluhur di tengah modernitas.
“Peringatan 100 tahun ini bukan sekadar mengenang tetapi juga meneguhkan komitmen bersama menjawab tantangan ke depan. Momentum untuk memperkuat identitas budaya Jawa Tengah, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki warisan budaya yang agung dan layak dijaga bersama,” ujarnya.
Eris pun menyampaikan apresiasi kepada sanggar kesenian yang terlibat dalam acara ini.
“Maka izinkanlah saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Sanggar Kesenian Catur Manunggal yang terdiri dari empat sanggar hebat di Kota Semarang,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila