Wakil Ketua Komite I DPD RI, Muhdi mengapresiasi langkah GKR Hemas yang konsisten mengangkat isu perempuan.
Ia memastikan bahwa rekomendasi hasil FGD akan dibawa ke tingkat nasional untuk menjadi bahan penyusunan kebijakan.
“Kepedulian Ibu GKR Hemas sangat penting. Kami dari Subwilayah Barat II siap memperjuangkan hasil diskusi ini agar masuk dalam agenda pembahasan DPD RI,” ujar Muhdi yang juga menjabat Ketua PGRI Jawa Tengah.
Arri Handayani, dosen Psikologi Universitas PGRI Semarang, menjelaskan bahwa perempuan sering memikul beban ganda dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ditangani, tekanan tersebut dapat berubah menjadi kelelahan emosional atau burnout.
“Burnout bukan kelemahan. Itu tanda bahwa seseorang sudah terlalu lama berada dalam tuntutan yang tidak seimbang,” ungkapnya.
Guru Besar Psikologi UNIKA Soegijapranata, Christin Wibhowo, menambahkan bahwa fluktuasi hormon juga berperan besar dalam stabilitas emosi perempuan.
Menurutnya, perubahan hormon bisa memicu PMS, PMDD, hingga depresi pascapersalinan, terutama ketika perempuan tidak mendapatkan dukungan memadai.
“Banyak kondisi emosional perempuan dipengaruhi faktor biologis yang sering diremehkan. Pemahaman publik soal aspek hormonal penting agar perempuan tidak lagi distigma dan bisa segera mendapatkan bantuan,” jelasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah













