SEMARANG, beritajateng.tv – Kota Lama hingga kini menjadi ikon pariwisata utama di Kota Semarang. Namun, tak banyak yang tahu jika 10 tahun silam Kota Lama tak seramai sekarang. Masa lalu itu masih bisa kita rasakan saat mengunjungi tempat yang satu ini, yakni pasar klitikan.
Seorang penjual barang antik di Kota Lama, Bachrul Idhom bercerita tentang Kota Lama beberapa tahun silam. Sembari menjajakan puluhan barang antik di lapaknya, ia menyebut hidupnya Kota Lama tak terlepas dari peran penjual barang antik, jadul, dan seni atau yang ia sebut sebagai pasar klitikan.
“Kami jualan dulu awalnya di taman samping Gereja tahun 2011. Itu awalnya Kota Lama dulu masih sepi. Itu jualan (setiap) Jumat, Sabtu, Minggu saja. Ada dua komunitas barang antik, satunya berjualan di depan Satlantas itu, satunya yang di samping Gereja Blenduk,” ucap Bachrul kepada beritajateng.tv, Minggu, 23 Juli 2023.
“Seiring berjalannya waktu, (gara-gara) medsos juga, promonya juga gencar, akhirnya Kota Lama hidup seperti ini. Dulunya enggak kayak sekarang. Kota Lama ini ramai juga karena anak-anak Klitikan (penjual barang antik) ini,” sambungnya.
BACA JUGA: Mbak Ita: Perlu Kolaborasi Antar Stakeholder dalam Pengelolaan Kota Lama
Bachrul menyebut, inisiatif Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang yang menyediakan lapak khusus untuk pedagang barang antik pada tahun 2019 membuat Kota Lama semakin ramai dikunjungi. Terlebih, peminat barang antik jumlahnya tidak sedikit.
Terletak di Jalan Garuda, Kota Lama, Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Pemkot Semarang menyediakan sentra khusus di Galeri Industri Kreatif. Tepatnya di Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Kawasan Kota Lama.
Baginya, Kota Lama menjadi jujukan pariwisata di Kota Semarang. Tak ayal, pengunjung dari luar pulau Jawa seperti Palembang, Lampung, hingga Bali pun kerap kali membeli barang antik yang ia jual.
“Biasanya ramai pengunjung itu hari Jumat malam, Sabtu, Minggu. Tapi kalau hari biasa istilahnya ada lah pengunjung yang masuk,” tuturnya.
Pasar klitikan jajakan barang-barang kawak
Terdiri dari 36 lapak pedagang, pengunjung yang memasuki pasar klitikan, atau yang bertajuk ‘Asem Kawak’, tersebut dapat memilih berbagai jenis barang. Macamnya mulai dari barang antik yang berusia lebih dari 100 tahun, barang jadul, hingga barang seni biasa.