Jikalau harga jual tembakau tak mampu menutup komponen biaya tersebut, ujar Sawal, sudah pasti petani akan merugi dan hanya bisa gigit jari.
Bahkan, secara hitung-hitungan bisnis, bisa balik modal saja petani termasuk merugi karena tak ada hasil dari jerih payah yang bisa mereka nikmati.
“Lain cerita kalau musim kemarau bagus dan bisa jemur tembakau di tempat sendiri; petani tidak keluar ongkos untuk menjemur,” jelasnya.
BACA JUGA: Kemarau Basah, Petani Tembakau Blora Terpaksa Tanam Ulang Hingga Tiga Kali
Sawal menambahkan, dalam situasi seperti ini para petani sebenarnya mengharap dukungan dari pemerintah yang sifatnya bisa meringankan beban petani.
Seperti misalnya bantuan atau kemudahan mendapatkan pupuk. Sebab biaya untuk pembelian pupuk pun cukup mahal setelah akses petani juga terbatas.
Sehingga, petani harus mencari pupuk untuk kebutuhan pertaniannya hingga ke wilayah lain yang harga dan pengeluarannya jauh lebih tinggi.
“Setidaknya dari komponen pupuk tidak memberatkan para petani saja sudah membantu,” tandas anggota Kelompok Tani Mekar Anom Desa Tajuk ini. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi