Nasional

India dan Indonesia Dorong Napas Baru Jurnalisme Lokal: Global Stories Start Local

×

India dan Indonesia Dorong Napas Baru Jurnalisme Lokal: Global Stories Start Local

Sebarkan artikel ini
Jurnalisme Lokal
Asisten Editor Senior Anandabazar Patrika (ABP) India, Swati Bhattacharjee, dalam Voices of Tommorow Session 10: Local Journalism and Community Engagement, Sabtu, 8 November 2025. (Foto: YouTube/India News Desk)

SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah dominasi media besar, suara-suara dari daerah sering tenggelam di pusaran pemberitaan nasional. Namun, bagi Asisten Editor Senior Anandabazar Patrika (ABP) India, Swati Bhattacharjee, masa depan justru ada di tangan jurnalisme lokal yang berakar pada komunitas.

Metro media has lost touch with people (Media metropolitan telah kehilangan kontak dengan masyarakat),” ujar Swati dalam Voices of Tommorow Session 10: Local Journalism and Community Engagement, Sabtu, 8 November 2025.

Swati menilai, media yang terlalu berpusat di kota besar akhirnya gagal menangkap realitas yang masyarakat hadapi, terutama mereka yang hidup di daerah.

BACA JUGA: India dan Indonesia Bawa Arah Baru di ASEAN: Dari Maritim, Energi hingga Pangan untuk Asia Mandiri

Koran Benggala hingga Radio Lokal di Surabaya, Napas Panjang Jurnalisme Lokal

Anandabazar Patrika ialah salah satu koran tertua di India yang terbit di Benggala Barat. Meski berusia hampir seabad, Swati menilai, media ini bisa bertahan karena terus mendengarkan pembacanya.

“Di atas kertas, panchayat (pemerintah lokal) di India punya kekuasaan besar. Tapi siapa yang memantau kerja mereka kalau media lokal hilang?” ungkapnya.

Swati menyebut perannya bukan sekadar menulis berita, tetapi membangun diskursus, sebuah percakapan berkelanjutan yang menumbuhkan kesadaran dan mendorong perubahan sosial.

Ia menjelaskan, ketika jurnalis menulis isu, tulisan itu harus memantik percakapan publik, menghasilkan tindakan nyata, lalu kembali dilaporkan dampaknya. Sebuah siklus conversation–action–coverage yang menurutnya menjadi inti dari jurnalisme lokal.

Ia mencontohkan penelitian di Delhi bersama Hindustan Times dan ekonom Abhijit Banerjee, yang mana warga di 200 permukiman menerima “kartu laporan” berisi kinerja anggota legislatif mereka. Hasilnya, tingkat partisipasi pemilih meningkat, dan politisi dengan kinerja buruk kehilangan dukungan publik.

BACA JUGA: Bagaimana India Tata Ulang Transportasi Publik dan Emisi: Bukan Kemewahan, Udara Bersih Hak Semua Orang

ABP kini beradaptasi dengan era digital melalui versi e-paper dan sistem langganan daring. Model ini meniru pola The New York Times dengan tetap mempertahankan muatan lokal.

“Kami hanya mengubah medium, bukan nilai. Pembaca kami beradaptasi cepat,” tambahnya.

Dari Indonesia, Direktur Eksekutif AMSI, Elin Y. Kristanti, menunjukkan bagaimana media lokal tetap hidup lewat kedekatan dengan pendengar. Ia mencontohkan Suara Surabaya, Tri Jaya FM, dan KBR sebagai tiga model radio yang kuat membangun relasi sosial.

Suara Surabaya, kata Elin, bukan sekadar radio berita. Ketika warga kehilangan mobil, mereka melapor ke radio, bukan ke polisi. Dari situ, radio menghubungkan warga dengan aparat dan menumbuhkan kembali budaya kerja bakti pascapandemi.

Ada pula kisah Tri Jaya FM, ketika penyiar dan pendengar berhasil mencegah seseorang melakukan percobaan bunuh diri setelah mendengar pesannya lewat WhatsApp siaran.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan