Langkah tersebut bertujuan supaya tidak membahayakan pada korban yang masih tertimbun.
Peristiwa ini terjadi pada Senin 29 September 2025 menyebabkan puluhan santri terjebak di bawah reruntuhan bangunan tersebut.
Musibah tersebut bahkan menjadi sorotan tajam dari berbagai pihak. Upaya penyelamatan terus berlangsung sejak hari pertama terjadinya peristiwa ini.
Hingga akhirnya alat berat mulai berjalan setelah para petugas memastikan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan.
BACA JUGA: Berusaha Selamatkan Temannya Namun Nyawanya Sendiri Tak Tertolong, Ini Cerita Rafi Santri Al Khoziny
Pakar Teknik Sipil Struktur ITS, Mudji Irmawan, mengungkapkan bahwa bangunan pondok pesantren awalnya berdiri hanya untuk satu lantai.
Namun, seiring bertambahnya jumlah santri, bangunan tersebut semakin luas menjadi tiga lantai tanpa adanya dukungan perencanaan teknis yang memadai.
Mudji menjelaskan bahwa penambahan lantai tanpa perhitungan yang tepat menyebabkan beban struktur meningkat tajam, dari kapasitas awal 100% menjadi sekitar 300%, sehingga konstruksi tidak sanggup menahan beban tersebut. (*)