Sedangkan, kasus usia remaja 12 – 25 tahun, ada 14 kasus tidak tergantung insulin dan 5 kasus tergantung insulin.
Usia balita 0 – 5 tahun terdapat 1 kasus tergantung insulin.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilah konsumsi makanan dan sesuai dengan aktivitas fisik kesehariannya.
“Makan tiga kali (sehari, red.) tetap, tapi (kandungan, red.) karbohidratnya harus benar. Di sesuaikan dengan aktivitas fisik. Kalau aktivitas fisik banyak, karbohidrat banyak tidak masalah,” katanya.
Ia menyebutkan makanan yang mengandung karbohidrat banyak sekali, mulai nasi, jagung, kentang, dan ketela yang memang di butuhkan oleh tubuh, tetapi dalam takaran yang seimbang.
“Tubuh tetap butuh karbohidrat. Kalau kemudian yang paling banyak protein yang akan bermasalah ginjalnya, kerjanya jadi tambah keceng. Jadi, semua sudah ada porsinya,” katanya.
Adapun rata-rata kasus DM yang hingga masuk RS, kata Hakam, biasanya sudah di sertai penyakit komplikasi misalnya jantung koroner, ginjal, struk, dan penyakit jantung.
Ia mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari. Masyarakat juga harus cerdas memilih makanan yang di konsumsi.
“Kalau di lihat petanya keseluruhan banyak perempuan karena lansia di Kota Semarang paling banyak memang perempuan. Paling banyak ya di daerah padat penduduk, seperti Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, dan Ngaliyan,” pungkas Hakam. (*)
Editor: Elly Amaliyah