“Beliau berani berkorban untuk memastikan kabar yang beredar, dan pengorbanan itu membuat namanya diingat hingga kini,” lanjutnya.
Lebih jauh, Mozes juga menyinggung keberadaan tokoh lain seperti Oei Tiong Djioe, yang disebut-sebut memiliki peran lokal penting di kawasan Ambengan (kini sekitar Jalan Mataram) saat pertempuran berlangsung.
“Kalau dari sumber yang saya baca, Oei Tiong Djioe ini semacam pemimpin di daerah Ambengan yang juga ikut terlibat dalam dinamika saat itu,” ungkapnya.
Nama besar Dokter Kariadi kini abadi di tengah masyarakat Semarang melalui Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi (RSUP Dr. Kariadi). Namun, sebagaimana Mozes tegaskan, yang perlu masyarakat kenang bukan sekadar nama, melainkan semangat pengabdian dan keberaniannya di tengah situasi genting pascakemerdekaan.
“Kalau kita bicara Pertempuran Lima Hari di Semarang, Dokter Kariadi itu bukan sekadar tokoh medis. Ia simbol keberanian dan kemanusiaan di masa transisi kemerdekaan,” pungkas Mozes. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi