Meski kondisi tempat wisata yang sempat eksis tahun 2017 itu menurun, Woko menyebut tetap menawarkan paket-paket wisata edukatif, terutama untuk rombongan pelajar atau komunitas.
Siapkan Paket Wisata
Ada empat paket yang pihaknya tawarkan, yaitu edukasi pembuatan wingko babat, edukasi membuat bunga dari kertas limbah. Ada pula edukasi pembuatan tiket, dan wisata religi ke makam Nyai Brintik yang terletak di atas bukit.
“Tapi dengan empat itu, seringnya yang laku memang keterampilan bunga dari kertas dan pembuatan tiket. Karena selama ini kan di Kampoeng Pelangi hampir setiap RT itu ada perajin bikin bunga dari kertas untuk menyuplai kios bunga yang ada di depan,” terangnya.
Di sisi lain, lanjut Wiko, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi faktor lain menurunnya wisatawan di salah satu ikon Kota Semarang tersebut.
Menurutnya, kelemahan terletak pada tenaga penggerak Pokdarwis yang selama ini merupakan pekerja sosial.
“Pengurus tetap ada, tapi kita lemah dari dalam. Karena terus terang Pokdarwis ini kan pekerja sosial,” ucapnya.
Rencana ke depan, menurut Woko, tetap ada. Jika pengecatan ulang berhasil dilakukan, ia ingin menghidupkan lagi festival Kampoeng Pelangi yang dulu sempat populer.
Salah satunya lewat lomba mural, serta pembukaan spot-spot foto baru yang bisa menarik pengunjung. “Itu nanti tetap rencananya gitu. Cuma kita juga tetap menunggu dari Pemkot,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R. Wing Wiyarso menyebutkan secara konsep, Kampoeng Pelangi dahulu dikenal karena keunikan rumah-rumah warga yang dicat dengan berbagai warna cerah dan menarik perhatian wisatawan lokal hingga internasional.
“Memang ada satu hal di mana secara konseptual Kampung Pelangi ini dulunya menjadi daya tarik karena warna-warni rumah warga. Sekarang, kami sedang upayakan revitalisasi, dan Insyaallah, sudah kami laporkan ke Bu Wali Kota,” ujar Wing di Balaikota Semarang.
Ia menambahkan, keterbatasan anggaran daerah menjadi tantangan tersendiri.
“Kami sedang mencarikan dukungan dari pihak luar melalui CSR. Doakan saja semoga berhasil, karena ini juga menjadi harapan masyarakat agar Kampung Pelangi kembali hidup dan memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar,” imbuhnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah