Jateng

Kata Pakar Tentang Solusi Banjir Rob Sayung Demak: Relokasi Dulu

×

Kata Pakar Tentang Solusi Banjir Rob Sayung Demak: Relokasi Dulu

Sebarkan artikel ini
banjir demak
Pakar Hidrologi, Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, M.Sc., Director of Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE) UNESCO C2C. (foto pribadi)

Kurangnya lahan vegetasi sebagai pencegah abrasi

Penyebab dari hal itu karena kurangnya buffer zone antara laut dan darat. Buffer zone ini merupakan lahan vegetasi yang untuk penumbuhan mangrove dan harus steril dari pemukiman warga.

“Misalnya ada mangrove, ada vegetasi, ada jalur-jalur air yang harusnya memang wilayah-wilayah tertentu dalam batasan tertentu itu harusnya steril dari hunian,” jelasnya.

Prof. Ignas yang juga menjabat sebagai Head of PhD Study Program for Environmental Science di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, menyebut bahwa lahan vegetasi di sekitar pantai utara di Jawa Tengah khususnya Demak masih sangat kurang.

“Sayung kalau ke arah Demak dan sebagainya itu ya memang praktis tidak ada buffer zone-nya,” katanya.

Lahan di sekitar pantai seharusnya bisa di jadikan buffer zone, bukan untuk pemukiman.

“Harusnya ada tempat buffer zone, tempat vegetasi, jalur-jalur air gitu ya. Pemukiman harus dipindah. Kemudian carikan tempat yang aman gitu,” ujarnya.

Aktivitas di sekitar pantai dapat menjadi faktor besarnya dampak banjir rob

Prof. Ignas juga menjelaskan bahwa penyebab besarnya dampak banjir rob ini karena aktivitas-aktivitas yang terjadi di sekitar pantai. Termasuk bangunan yang membebani wilayah tersebut sehingga permukaan tanah yang terus menurun.

“Kombinasi beban pembangunan kemudian juga ekstraksi air tanah yang di di bawahnya sehingga permukaan tanah tadi amblas ke bawah,” jelasnya.

Sementara itu, pasang surut air laut serta naiknya tinggi muka air laut akibat pemanasan global merupakan dua faktor utama terjadinya banjir rob. Kemudian juga ada aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan daerah pesisir.

“Misalnya perubahan tata guna lahan yang harusnya wilayah pesisir ini tidak ada bangunan malah ada bangunan. Kan sempadannya harus ada yang menahan ada buffer zone-nya,” tutur Prof. Ignas.

BACA JUGA: Posko Terpadu Banjir Demak Terima Bantuan Logistik dari OJK Jateng

Beban bangunan dan aktivitas-aktivitas antropogenik dapat menjadi faktor cepatnya penurunan permukaan tanah khususnya di wilayah Demak.

Prof. Ignas menegaskan bahwa banjir rob ini permasalah yang kompleks sehingga penanganannya juga tidak sederhana. Namun, ada beberapa hal yang bisa terlaksana untuk mengurangi dampak.

“Banjir rob itu tidak single faktor ya. Faktornya itu tidak tunggal. Ada cukup banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum ditangani,” pungkasnya. (*)

Editor: Farah Nazila

 

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan