“Sikap yang paling baik adalah memanfaatkan seluas-luasnya, membangun kesiapan, dan bersikap terbuka akan berbagai kemungkinan sambil terus memperbaiki. Jangan bersikap skeptis,” ujarnya.
Sedangkan terkait sistem evaluasi pendidikan, ia mengungkapkan bahwa kecerdasan membuat patokan kemampuan seseorang menjadi semakin abu-abu.
BACA JUGA: Kameranya Berbantuan AI dan Harganya Satu Jutaan Saja, Ini Spesifikasi Rinci Infinix Hot 30i
Kriteria pendidikan sendiri, jelas Eka, meliputi tiga hal yaitu kontekstual, relevan, dan otentik. Yang mana dengan adanya AI dengan mudah merusak nilai keotentikan dalam dunia pendidikan.
Solusinya, lanjut Eka, adalah dengan menghilangkan evaluasi berbentuk ujian yang bersifaf menjawab persoalan maupun checkpoint. Ujian haruslah terselenggara sedemikian rupa dengan menitikberatkan pada proses, bukan hasil.
“Peran perguruan tinggi akan lebih banyak mendampingi dalam pembangunan karakteristik. Sedangkan pengetahuan bisa terbantu oleh kecerdasan buatan tersebut. Oleh karena itu evaluasinya harus dengan langsung sepetti presentasi, evaluasi dengan soal, atau check point mencari enaknya aja bukan evaluasi yang baik,” pungkasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto