BLORA, beritajateng.tv – Kekeringan di Kabupaten Blora semakin mengkhawatirkan seiring berlanjutnya kemarau panjang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora terus berupaya mengatasi krisis air yang melanda wilayah ini. Namun, pihaknya mengaku anggaran untuk hal itu telah menipis.
Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sendiri mengalami situasi kritis akibat kekeringan. Dari sebelumnya 128 desa yang terdampak, kini angka itu meningkat menjadi 188 desa di 16 Kecamatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa krisis air semakin meluas serta mengancam kesejahteraan masyarakat.
BACA JUGA: Empat Bulan Kekeringan, Warga di Blora Serbu Bantuan Air Bersih
Kepala pelaksana BPBD Kabupaten Blora, Sri Widjanarsih mengungkapkan bahwa situasi ini semakin pelik karena anggaran yang tersedia untuk penanggulangan bencana sudah semakin menipis. Meskipun perkiraan puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus hingga September, anggaran yang ada tidak akan mencukupi hingga bulan September.
“Puncak kemarau diperkirakan akan terjadi pada Agustus-September, namun anggaran kita sudah menipis, dan tidak akan mencukupi hingga September,” ujar Sri Widjanarsih pada Selasa, 29 Agustus 2023.
BPBD Blora gelontorkan puluhan juta untuk memasok air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan
Sri Widjanarsih menambahkan, BPBD Kabupaten Blora telah menggunakan anggaran bantuan sebesar Rp 75 juta untuk memberikan pasokan air bersih kepada desa-desa yang terdampak kekeringan.